Latar Belakang

Belakangan ini waktu meninggal begitu cepat. Perasaan tadi pagi masih terlihat muda dan sehat, joging sambil siul-siul riang lewat depan rumah pak ustad. Menjelang siang pun ia masih bugar bermaksiat.

Seusai kenyang mengkonsumsi wejangan, dan kisah para pahlawan, seorang pemuda terdiam lama, sangat lama, lalu tertidur dengan nyenyak hingga beberapa dekade.

Puasa puasa sebulan penuh puasa ~~ puasa puasa *123# ~~~~

Belakangan ini media sosial sedang ramai-ramainya dalam tebar-menebar kebencian dan konten hoax, khususnya soal intoleransi menyangkut SARA. Apalagi dengan rentetan kejadian aksi terorisme dan sekarang juga menjelang pilpres. Intoleransi terhadap SARA pun kian menjadi. Hmm sara… sara? Sara siapa? Sara Sechan? Sara Azahari? Bukan cuy, SARA akronim dari Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan . Sosial media seolah menjadi media penyedia lahan hoax. Bibit kebencian disebar dan dibiarkan tumbuh liar di pekarangan. Suburnya belukar kian menggelapkan dan menambah kesan tak nyaman pada sebuah rumah. Kebencian disebar, orang-orang terpicu, masa terkumpul, masa mematikan nalar, masa kalap. Lalu? Persekusi? Perpecahan? Tawuran? Perang? Waduh! Isu yang digoreng, penggiringan opini, konten click bait, hoax, semua tindakan yang dapat membuat netisen terprovokasi, dan pada akhirnya masa yang terkumpul akan melakukan tindakan diluar batasan. Netizen yang budiman semestinya cermat dala...

Sarang semut bawah tanah, ruangan gelap, dan lembab yang dindingnya dipenuhi coretan kisah pembunuhan saudara-saudaranya. Tempat dimana si semut berkeluh, mengumpat, menyumpah dan berlindung. Tempatnya menyiram cita dan memupuk asa. Tempatnya menyiangi mimpi.

Whatsaaaap?! Lineeeeeeeee?!! Wechaaaaaaaaaaaaaat?!!!! Gimana, sehat semua? Alhamdulillah, puji Tuhan kita ucap syukur~

Aku siapa, mau jadi apa? Segala apa bertanya apa, tentang siapa akan perannya di dunia. Lalu tiba-tiba tak terasa, raga sudah setua ini saja, haha. Hati-hati waktu tak pandang siapa, dia menerjang membabi buta.